Kamis, 06 Desember 2012

HIDUP AWAL DARI KEMATIA, MATI AWAL DARI KEHUPAN

YAN SULI,

SEMUA orang tahu, cepat atau lambat, kehidupan ini akan berakhir. Artinya, setiap orang pasti akan meninggal dunia. Tidak ada orang yang bertahan hidup dalam keabadian sepanjang masa seperti yang diharapkan oleh para kaisar di masa silam. Apapun yang kita lakukan, kematian pasti akan datang.
Kapan dia akan tiba? Seorang ayah yang menjawab serangkaian pertanyaan KRISNA, menjawabnya dengan ungkapan, "Saya tahu, tetapi saya tidak tahu". Maksudnya, saya tahu bahwa suatu hari saya akan meninggal dunia. Namun saya tidak tahu kapan dirinya akan meninggal. Semua orang juga mengalami hal yang sama, hanya tahu tetapi tidak tahu. Kita hanya bisa menunggu kematian tiba.
Dalam kehidupan ini, semua orang bagaikan berada dalam barisan eksekusi hukuman mati. Ketika kematian tiba, tidak ada yang bisa dilakukan. Kita tidak bisa menolaknya, kita tidak bisa melakukan tawar menawar, atau mencoba mengulur-ulur waktu eksekusi, dan sebagainya. Kita harus menerimanya dengan lapang dada, pasrah.
Ketika kematian tiba, tidak ada yang bisa dibawa dan tidak ada yang mau ikut dengan kita. Seluruh harta benda akan berpindah tangan, menjadi milik orang lain. Pasangan hidup dan anak-anak serta saudara, yang katanya cinta dengan kita, tidak ada yang mau ikut. Jabatan, kedudukan, pangkat; semuanya harus ditinggalkan. Satu-satunya yang setia menjadi teman adalah segala perbuatan baik dan buruk (karma) yang sudah pernah dilakukan dalam kehidupan ini dan kehidupan sebelumnya.
Secara umum, semua orang yakin dengan adanya kehidupan selanjutnya; setidak-tidaknya tentang surga dan neraka. Apa yang membuat seseorang terlahir di surga atau di neraka? Semua orang yakin bahwa perbuatan yang telah dilakukan dalam kehidupan sekarang yang akan mengantarkan mereka ke surga atau neraka. Dalam hidup ini, kita bisa memilih atau berangan-angan. Namun ketika kematian tiba, kita tidak bisa memilihnya. Tabungan perbuatan baik dan buruk yang akan mengantarkan kita.
Umat Hindu  memiliki keyakinan bahwa hidup ini tidak hanya sekali. Kita hidup berulang kali, lahir dan mati dalam lingkaran kehidupan di tujuh (Sapta Loka) alam kehidupan. Semua perbuatan yang sekarang dan perbuatan di masa silam yang belum berbuah akan menjadi bekal perjalanan di masa mendatang. Sayangnya, kita tidak pernah tahu apa yang sudah kita lakukan dalam kehidupan sebelumnya. Dalam kehidupan ini, banyak perbuatan yang sudah kita lakukan; ada yang buruk dan ada pula yang baik.
Saya yakin, bekal perjalanan kita untuk kehidupan yang akan datang belum cukup banyak. Oleh karena itu, gunakan waktu yang ada untuk senantiasa bebuat baik. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam kehidupan ini dan coba lakukan sebaik mungkin pada saat ini, tanpa menunda-nunda waktu. Cobalah untuk berbagi, membantu orang yang kurang mampu, walaupun kecil. Cobalah untuk menjalankan Dana Punia dengan sebaik mungkin. Luangkan sedikit dana yang anda punya untuk melatih pikiran dan perasaan dengan duduk berjapa setiap hari.
Masih banyak tabungan perbuatan baik yang bisa dilakukan. Melatih kesabaran, semangat dalam melakukan latihan atau tugas lainnya, selalu sadar atau waspada dalam setiap ucapan dan tindakan, selalu berpikir yang baik sehingga berucap yang baik, berjuang dengan sungguh-sungguh, mempunyai tekad yang kuat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Demikian banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan.
Di hari-hari tertentu, kita bisa meningkat latihan. Misalnya dengan menjalankan atthasila. Atau berlatih meditasi secara intensif. Atau meninggalkan kehidupan rumah tangga, menjadi samanera; walaupun dalam kurun waktu hanya dua minggu.
Jika kita bisa melatih diri ke arah yang baik, secara tidak langsung kita mengurangi perbuatan buruk atau perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat. Demikian banyak bekal yang bisa dikumpulkan dalam sisa kehidupan kita.
Marilah kita menunggu mati. Tidak perlu mencari mati dengan bunuh diri, apalagi sambil membunuh orang lain dan merugikan orang banyak. Sepanjang sisa waktu yang ada, sebelum kematian tiba, gunakan untuk mengumpulkan bekal perjalanan nanti. Menuju surga atau neraka, alam yang lebih baik atau lebih buruk; tergantung dari diri kita sendiri.

MOKSA TUJUAN AKHIR

Syarat Yadnya Berpahala Mulia

Asraddha hutam dattam
tapastaptam krtam ca yat
asadityucyate pursa na
ca tat pretyaneha ca.
(Sarasamuscaya 211).

Maksudnya: Syarat yadnya yang memberikan pahala mulia dengan adanya bhakti, pemberian yang tulus ikhlas, tapa melaksanakan dharma, tetapi tanpa didasarkan dengan keyakinan yang sungguh-sungguh, maka perbuatan itu sangat hina. Tidak akan berpahala mulia di dunia ini maupun di akhirat.

Melakukan suatu kegiatan agama Hindu seperti melakukan yadnya tidak bisa terpisah-pisah. Beryadnya seharusnya dilakukan secara terpadu antara pikiran, perkataan dan perilaku. Ketiga hal itu wajib dilakukan tanpa mengistimewakan salah satunya. Kadang ada yang menyatakan bahwa yang penting pelaksanaan, bukan omongan saja. Ada juga yang menyatakan yang utama pikiran kita sudah baik. Ada juga yang menyatakan ucapan yang utama. Sesungguhnya ketiga hal itu memiliki kedudukan yang setara dan wajib terpadu. Untuk mendapatkan pahala mulia dari yadnya yang dilakukan ada beberapa syarat yang wajib diposisikan secara terpadu yaitu:

Bhakti adalah sikap hidup yang diwujudkan dengan berserah diri pada Tuhan. Berserah diri pada Tuhan itu bukanlah bermalas-malasan-- segala persoalan hidup ini diserahkan pada Tuhan. Berserah diri pada Tuhan itu adalah bekerja dengan baik, benar, tepat dan wajar. Karena ajaran Karmaphala yang diciptakan oleh Tuhan mengajarkan bahwa setiap perbuatan akan memberikan pahala sesuai dengan apa yang diperbuat. Kalau perbuatan yang dilakukan itu baik, benar, tepat dan wajar, itu pasti berpahala sesuai dengan perbuatan tersebut. Ajaran Karmaphala inilah yang wajib dipegang kuat-kuat. Mantapkan keyakinan dan tingkatkan kemampuan untuk melakukan perilaku yang baik, benar, tepat dan wajar. Kapan perilaku itu memberikan pahala itu hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas perilaku itu pasti akan berpahala seperti yang dilakukan. Hal itu tidak boleh diragukan. Ini artinya berbhakti pada Tuhan untuk meningkatkan dan menguatkan eksistensi Atman yang suci. Eksistensi Atman yang kuat akan meningkatkan keluhuran moral dan menguatkan daya tahan mental. Moral yang luhur dan mental yang kuat sebagai modal dasar untuk berperilaku baik, benar, tepat dan wajar berlandaskan dharma.

Weweh artinya memberikan. Dalam Wrehaspati Tattwa dinyatakan Daana ngarania paweweh. Artinya daana namanya perilaku memberikan. Dengan demikian Weweh itu adalah melakukan daana punia dengan baik, benar, tepat dan wajar sesuai dengan petunjuk dharma. Bhagawad Gita XVII.20 menyatakan bahwa daana punia yang diberikan atas dasar kewajiban atau Datavyam dengan tulus ikhlas berdasarkan Desa, Kala dan Patra. Dalam hal ini Patra itu adalah orang yang baik dan tepat. Sarasamuscaya 271 menyatakan: Patra ngarania Sang yogia Wehana Daana. Artinya Patra namanya adalah orang yang sepatutnya diberikan daana punia. Daana Punia yang demikian disebut Satvika Daana atau pemberian yang berkualitas tinggi. Dalam Bhagawad Gita IV.33 dinyatakan bahwa melakukan Yadnya dengan ilmu pengethauan suci atau Jnyana Yadnya jauh lebih tinggi nilainya daripada beryadnya dengan harta benda.

Tapa dalam Sarasamuscaya 260 dinyatakan: ‘’Tapa kaya sang sosana.’’ Maksudnya, tapa adalah kuat menahan gejolak hawa nafsu. Sedangkan Wrehaspati Tattwa 25 menyatakan: ‘’Tapa ngarania umati indryania.’’ Maksudnya, tapa namanya mengedalikan indriyanya. Indriya ini dalam Katha Upanisad I.3-9 diri manusia itu diumpamakan bagaikan kereta dengan kudanya. Kuda yang menarik kereta diumpamakan indriya. Sedangana badan kereta diumpamakan badan raga. Pikiran diumpamakan tali lis atau tali kendali kereta. Kusir kereta diumpamakan kesadaran budhi. Atman diumpamakan pemilik kereta. Kuda akan dapat menarik kereta dengan sempurna untuk mengantarkan pemilik kereta pada tujuannya. Artinya badan wadag ini adalah badan kereta yang ditarik oleh kuda indriya. Ini berarti Tapa itu adalah memelihara dan melatih indriya agar tetap sehat berfungsi sempurna menurut alamnya serta patuh pada pengendalian pikiran dan kesadaran budhi. Dengan Tapa itu manusia dapat mengendalikan indriya-nya yang sehat dan tidak menyimpang dari kendali pikiran dan kesadaran budhi. Dengan demikian Atman akan semakin dekat dengan Brahman. Dekatnya hubungan Atman dengan Brahman akan membuat manusia itu selalu dapat berbuat dalan jalan Dharma. Tanpa Tapa, indriya itu bisa membawa diri manusia ini terseok-seok ke jurang Adharma menuju neraka.

Ulah Dharma, artinya prilaku yang berdasarkan dharma. Melaksanakan ini bukan sekadar untuk meraih pencitraan diri di tengah-tengah masyarakat. Namun atas kesadaran bahwa hal itu wajib dilakukan oleh manusia yang hidup di bumi ini. Perilaku Dharma menurut Wrehaspati Tattwa 25 ada tujuh yaitu: Sila, Yadnya, Tapa, Daana, Prawrajya, Bhiksu dan melakukan Yoga. Misalnya, Sila disebutkan: ‘’Mangraksa acara rahayu.’’ Artinya memiliki kebiasaan hidup yang baik. Prawrajya artinya mengembara menyebarkan Dharma. Bhiksu selalu berupaya menyucikan diri melepaskan ego atau Ahamkara. Yoga artinya mengendalikan pikiran untuk bersatu dengan Tuhan.

Sraddha, artinya keyakinan atau kepercayaan yang sungguh-sungguh. Tidak boleh meragukan kebenaran ajaran tersebut. Hidup penuh keraguan sangat berbahaya Dalam Bhagawad Gita IV.40 menyatakan: ‘’Samsayaatma vinasyati’’. Artinya barang siapa yang ragu akan kebenaran tersebut akan hancur. Inilah kunci pengamalan Bhakti, Weweh, Tapa dan Ulah Dharma. Tanpa keikhlasan dan keyakinan yang sungguh-sungguh perilaku tersebut disebut perilaku Nista namanya. Melakukan Bhakti pada Tuhan hanya untuk mencitrakan diri agar dipandang sebagai orang yang religius tanpa keyakinan sungguh sangat rendah. Demikian pula melakukan Daana Punia untuk mencitrakan diri agar dipandang orang dermawan juga rendah.

mari kita bergayatri mantram


mantram gayatri adalah merupakan mantra inti dari segala mantra. begitu di sebutkan dalam kitab suci. Dari sekian mantra yang ada, Semuanya bersumber pada mantram gayatri. Jika anda mengalami kebimbangan, ketakutan, kebingungan, ingatlah selalu dengan mengucapkan mantra gayatri berulang-ulang dengan tulus sampai pikiran anda merasa baikan kembali.


Dengan Manram Gayatri, kita bisa terbebas dari segala ketakutan. asalkan anda mempercayainya dan diucapkan dengan setulus hati. Berikut ini adalah Mantram Gayatri
OM Bhur Bvah svah, tat savitur varenyam
Bhargo devasya dimahi, diyoyonah pracodayat

artinya:
Ya Tuhan Pencipta tiga loka ini,
Engkaulah sumber segala cahaya,
engkau sumber kehidupan
Pencarkanlah pada budhi nurani ini, SinarMu yang maha suci



Maknanya adalah dalam mantra Ibu dari segala Veda ini terkandung suatu kekuatan yang maha dahsyat, maha suci yang menjadi sumber kehidupan mahluk semesta alam.

Mengapa Mengucapkan Gayatri Mantram??

pertanyaan tersebut dapat dijawab di dalam kitab Atarwa Weda XIX,71,1 yang berbunyi sebagai berikut;
Stuta maya varada veda mata,
Pracodayantam pawamani dwijanam
Ayuh pranam prajam pasum
Kertim dravinam brahmavarcanam
Mahyam dattva vrajata brahmalokam

yang artinya;
Gayatri Mantram yang diakhiri dengan kata pracodayat dalah Ibunya empat Weda, yang menyucikan semua dosa para dwija,
Oleh karena itu selalu ucapkan mantra tersebut,
Gayatri Mantra ini pemberi panjang umur, prana dan keturunan yang baik, pelindung binatang, pemberi kemashyuran, pemberi kekayaan dan pemberi cahaya yang sempurna,

Oh Tuhan Berikanlah jalan moksa padaku

Makna Gayatri Mantra adalah anugrah pencerahan pada hati nurani ini. Nurani dalam Kegelapan akan dituntun ke jalan terang, hati yang terang akan dituntun pada perbuatan satwika.


Jadi, sebagai Umat Hindu yang baik, mari kita mengucapkan Gayatri Mantra demi kebahagiaan alam semesta..

Ya Tuhan pencipta alam semesta ini, Ibu dari segala Ilmu Pengetahuan, maafkan lah hamba jika apa yang hamba tulis ini ada kesalahan yang tidak hamba sengaja..hamba hanya ingin menyebarluaskan ilmu pengetahuan agar tidak ada lagi kegelapan di dunia ini...

OM, Santih, Santih, Santih, OM